Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Foto Kondisi Rumah Ustaz Pencabul 12 Santriwati di Bandung Jadi Sorotan, Tetangga Bongkar Tabiat Asli Pelaku

Fotokita.net - Foto kondisi rumah Herry Wirawan, ustaz yang mengasuh pesantren di kawasan Cibiru, Bandung menjadi sorotan. Herry saat ini menghadapi dakwaan mencabuli 12 santriwati yang berusia di bawah umur. Tetangga membongkar tabiat asli pelaku.  

Surat dakwaan jaksa dikirim ke awak media. Sebab, dalam persidangan Herry Wirawan berlangsung tertutup. Dalam surat dakwaan yang beredar itu, salah satu korban bahkan dipaksa untuk melayani nafsu bejat Herry meski sedang haid.

Herry Wirawan merayu korban dengan mengatakan istrinya tidak bisa lagi melayaninya, sehingga dia meminta korban untuk menggantikan istrinya. Perbuatan Herry itu pun menyebabkan para korban terganggu secara psikologis.

Fakta lainnya, Herry memperkosa 12 santriwatinya selama lima tahun atau dari 2016-2021. "Bahwa terdakwa sebagai pendidik/guru pesantren antara sekitar tahun 2016 hingga 2021 telah melakukan perbuatan asusila terhadap anak korban santriwati," ucap Jaksa Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung dalam petikan dakwaan yang dikirimkan kepada sejumlah awak media pada Rabu (8/12/2021).

Masih dalam surat dakwaan yang diterima, total korban mencapai belasan orang. Mereka semua merupakan santriwati yang tengah belajar di pesantren milik Herry di kawasan Cibiru, Kota Bandung. Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat menegaskan korban pemerkosaan yang dilakukan oleh guru pesantren sebanyak 12 orang.

Menurut Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut Diah Kurniasari dari 12 korban aksi keji Herry, 11 di antaranya merupakan warga Garut. "Ini ada dari 2 kecamatan. Dari kita 11," ujar Diah kepada wartawan, Kamis (9/12/2021).

Diah Kurniasari mengatakan 8 dari 11 santriwati yang menjadi korban rudakpaksa tersebut seluruhnya telah melahirkan. "Selama enam bulan ini semuanya sudah lahir, tadi saya lihat di tv masih disebutkan dua korban masih hamil, tidak, sekarang semua sudah dilahirkan," ujarnya saat menggelar jumpa pers di Kantor P2TP2A Kabupaten Garut, Kamis (9/12/2021) malam.

Diah mengatakan, saat ini seluruh bayi tersebut sudah dibawa oleh orangtua korban. Sementara korban saat ini masih menjalani trauma healing di rumah aman P2TP2A. "Bayinya semuanya sudah ada di ibu korban masing-masing," sebut Diah.

Trauma healing yang dilakukan P2TP2A tidak hanya dilakukan kepada korban rudakpaksa, namun juga diberikan kepada orangtua korban. Diah menjelaskan, sejak awal pihaknya sudah mempersiapkan korban untuk siap jika suatu saat masalah mereka terkuak ke publik.

"Kondisi korban saat ini Insya Allah sudah lebih kuat, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan mereka selama ini untuk siap mengahadapi media," ucapnya. Korban, menurutnya, masih terikat persaudaraan dengan korban lainnya karena sebelumnya saling ajak untuk bersekolah di pesantren tersebut. Rata-rata umur korban berusia 13 hingga 15 tahun.

Perilaku bejat Herry Wirawan, ustaz yang memerkosa 12 santriwati, pertama kali diketahui oleh keluarga korban yang melihat anaknya tengah mengandung.

Kemudian keluarga korban melaporkan hal tersebut ke kepala desa lalu melaporkan ke Polda Jabar. "Ini kebongkarnya oleh seorang ibu yang anaknya disana, yang melihat ada perubahan dalam tubuhnya lalu melaporkan ke kepala desa," ungkap Diah kepada wartawan.

Diah menjelaskan, mereka sekolah di pesantren pimpinan Herry karena gratis. Mayoritas, mereka memiliki hubungan saudara dan tetangga. "Sebenarnya mereka sekolah di sana karena gratis. Jadi banyak ketalian (hubungan) saudara dan tetangga," katanya.

Masih menurut Diah, rata-rata korban dari Garut berusia 13 tahunan. Selain asal Garut, kata Diah, ada juga korban yang berasal dari Bandung. Ada 11 santri asal Garut itu berasal dari dua kecamatan. Mereka ikut bersekolah ke Bandung karena gratis. Sementara jaksa sebelumnya menyebut usia santri rata-rata 16-17 tahun.

AN (34), salah satu keluarga korban yang berasal dari Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut mengungkapkan modus bejat pelaku.

Ia menuturkan, pihak keluarga tidak pernah mengetahui korban tengah dalam masalah lantaran setiap kali korban pulang ke rumah tidak pernah berkomunikasi karena korban tertutup.

Pelaku pun kerap memaksa korban untuk segera kembali ke pondok pesantren jika sedang pulang ke rumah. "Anak gak pernah lama di rumah, lebih dari tiga atau lima hari si pelaku Herry langsung nelpon, dia nyuruh kembali ke pondok," ujar korban seperti dilansir Tribun Jabar, Kamis (9/12/2021).

Pelaku diketahui tinggal seorang diri di dalam pesantren tersebut, sementara pengajar lainnya tinggal di rumah masing-masing.

AN menjelaskan, pihak keluarga pun pernah bertanya-tanya dengan aturan ketat yang diberlakukan pesantren milik pelaku. Menurutnya, keluarga memilih pesantren tersebut lantaran menawarkan pendidikan gratis.

Tawaran pendidikan gratis tersebut tanpa pikir panjang dipilih lantaran keluarga korban tidak cukup mampu untuk menyekolahkan anaknya. "Sekolahnya gratis itu, kami pilih pesantren tersebut karena ekonomi kami menengah ke bawah," ungkap AN.

Netizen yang geram atas perbuatan Herry Wirawan ikut membagikan informasi yang mereka dapatkan di media sosial. Netizen membagikan foto kondisi rumah Herry, yang melakukan aksi bejatnya di sejumlah lokasi, termasuk di hotel, pesantren dan apartemen. 

Dalam keterangan foto kondisi rumah ustaz pencabul 12 santriwati itu, netizen mendapatkan keterangan dari tetangga rumah pelaku. Dari situ, tabiat asli Herry terbongkar. 

Menurut tetangga Herry di rumah itu tinggal 40 orang termasuk keluarga dan korban yang merupakan santriwati dari ustaz cabul. Kata tetangga, selain di rumah itu masih ada lagi di beberapa tempat. 

Mary Silvita, anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang ikut membongkar kasus Herry Wirawan, menemukan sejumlah perlengkapan bayi di rumah itu. Kata Mary, korban aksi bejat Herry banyak dari keluarga yang tidak mampu. Itu sebabnya, si pelaku mengeksploitasi dan memanfaatkan statusnya.

Beberapa warga yang tinggal persis di depan rumah atau pondok penampungan santriwati itu mengaku sering melihat santriwati terlihat ketakutan dan langsung masuk ke dalam rumah setiap kali Herry pulang.

Tampak sseperti ada pembatasan untuk berbicara dan berkomunikasi bagi santriwati dengan para tetangga. Namun warga mengatakan, seorang anak berusia 9 tahun, berkulit hitam manis, asal Papua sering terlihat menangis dan mengadu kepadanya bahwa dia sering didorong dan dimarahi.

Warga juga menuturkan bahwa para tetangga selalu memberi bantuan, baik berupa uang, makanan dan barang ke isteri Herry. Karena mereka memang selalu membuat pengumuman menerima donasi untuk para anak yatim piatu yang mereka asuh.

Kejanggalan lain yang dilihat warga adalah, keberadaan anak-anak balita yang dia lihat berparas mirip dg Herry, padahal usia para balita seperti sepantaran. Hal lainnya yang mengundang tanya adalah, kebiasaan para santriwati bekerja sehari-hari.


Mereka tampak lebih sering bekerja daripada belajar. Mulai dari mencuci, menjemur pakaian, bersih-bersih, sampai mengaduk semen untuk membangun pagar. Padahal mereka adalah anak perempuan dan masih kecil. Info terbaru pada saat korban datang bulan pun dipaksa berhubungan. Fakta ini sudah terbongkar dalam persidangan.

Para korban kini mengalami trauma berat. Pondok pesantren ini sekarang ditutup dan pasang garis polisi. Foto kondisi rumah ustaz pencabul 12 santriwati jadi sorotan netizen di media sosial. Mereka juga mendapatkan keterangan tetangga yang membongkar tabiat asli Herry Wirawan, pelaku pencabulan 12 santriwati di Bandung.

Posting Komentar untuk "Foto Kondisi Rumah Ustaz Pencabul 12 Santriwati di Bandung Jadi Sorotan, Tetangga Bongkar Tabiat Asli Pelaku"