Disebut Mirip Gereja, Foto Atap Masjid di Bima Dibongkar Warga Terlanjur Viral, Pembuatnya Ternyata Lakukan Kesalahan Fatal
Fotokita.net - Foto atap sebuah masjid di Kabupaten Bima yang dibongkar warga terlanjur viral di media sosial. Warga memaksa membongkar bangunan masjid lantaran disebut mirip gereja. Pembuat masjid ternyata lakukan kesalahan ini.
Sekelompok warga terlihat membongkar paksa atap sebuah masjid yang masih dalam proses pembangunan. Masjid ini didirikan di tanah kompleks perumahan relokasi banjir di Desa Tambe, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (13/1/2022).
Menurut informasi yang beredar, kontraktor yang melaksanakan pembangunan proyek masjid ini tak mengindahkan teguran warga. Setelah melihat pembangunan yang sudah hampir jadi, warga meminta bentuk atap masjid diubah karena mirip bentuk gereja.
Pekerja proyek baru membongkar setelah mendapat informasi warga akan membongkar sendiri atap masjid tersebut. Dari situlah foto atap masjid di Bima yang dibongkar warga viral di media sosial. Beragam respons bermunculan di jagat maya.
Selain foto yang beredar, sejumlah netizen juga mengunggah video yang merekam aksi warga membongkar atap masjid. Narasi video viral mengungkap atap masjid dibongkar gara-gara model bangunannya dianggap mirip dengan bangunan gereja.
Peristiwa dalam video viral itu diketahui terjadi pada 13 Januari 2022. Pembongkaran dilakukan warga menggunakan kayu, besi, hingga sekop.
Melihat foto atap masjid di Bima dibongkar warga terlanjur viral, seorang arsitek ikut berkomentar di akun media sosialnya. Abdul Khair Kaum, arsitek lulusan Institut Teknologi Nasional Malang yang tinggal di Bima ikut tergelitik memberikan tanggapan atas foto pembongkaran atap masjid oleh warga.
Abdul Khair melalui akun media sosialnya, Holly menyebutkan pembuat masjid ini melakukan kesalahan fatal. Ada unsur sosial yang terlupakan dari pembuat masjid di Bima.
Berikut petikan respons Abdul Khair yang ditulis melalui akun media sosialnya. "Masjid di zaman Rasulullah sama sekali tidak berkubah dan tidak bermenara, bentuknya hanya kotak sederhana."
Awal mula bentuk bangunan masjid konvensional sekarang ini karena masuknya zaman baroque yang dimana di dominasi oleh Bangsa Romawi. Bangunan Bangsa Romawi banyak sekali unsur garis lengkungan, kubah, menara dan ukiran-ukiran yang berbagai macam.
"Awal mula digunakannya menara dalam bangunan masjid karena di masa itu belum terdapat toa/mic untuk menambah jangkauan suara adzan dari seorang muadzin. Jadi muadzin akan adzan di menara tersebut agar terdengar oleh masyarakat. Itu sebelum ada toa," tulis Abdul Khair lagi.
"Awal mula digunakannya kubah dalam bangunan masjid karena bentuk kubah adalah bentuk yang paling ideal untuk membuat struktur bangunan masjid tanpa tiang di tengan tempat salat."
"Kedua, bentukan kubah sangatlah bagus untuk akustik ruangan, jadi suara imam bisa terdengar jelas oleh makmum karena bentuk kubah sangat efektif memantulkan bunyi. Itu sebelum ada mic dan sound system."
Abdul Khair melanjutkan, "mari kita kembali ke zaman yang kita tapaki sekarang, kita punya segala macam alat untuk memudahkan kehidupan kita, toa, mic, dan lainnya. Itu sangat membantu dan memudahkan proses beribadah umat Islam, mungkin juga umat yang lain."
Dalam tulisannya, Abdul Khair juga berpesan, "Jangan mempersempit ilmu apalagi aqidah karena hal semacam ini. Mau bentuk masjid yang seperti apa? Bisa saja saya menolak bentuk masjid konvensional seperti sekarang, kenapa? Karena itu bukan budaya islam, itu budaya bangsa lain, bahkan mungkin budaya agama lain. Ini saya bicara tentang keilmuan dan sejarah yang konkrit. Bukan dari asal pikiran saya semata."
Dia lalu menjelaskan bentuk masjid khususnya atap yang dibongkar oleh warga. "Itu keren, Bima banget, menjunjung tinggi nilai budaya kita, tak lepas dari aspek masyarakat kita. Saya apresiasi arsitek yang mendesain masjid ini. Keren. Tapi ada satu kesalahan besar dari arsitek ini, tidak melobi masyarakat sebelum mendesain."
Abdul Khair lalu memberikan kesimpulan, "Intinya, hakikat bangunan itu yang dinilai fungsi, bukan bentuk. Mau bentuknya seperti apapun kalo kita beribadah di sana itu namanya tempat ibadah. Mau bentuk yang seperti apapun, kalo kita makan minum tidur dan berkeluarga di sana itu namanya hunian."
Sementara itu, Kapolsek Bolo Iptu Hanafi buka suara terkait pembongkaran atap masjid. Hanafi membenarkan tokoh masyarakat dan warga sekitar sepakat membongkar atap tersebut karena dinilai menyerupai gereja.
Sebelum dibongkar, pihak kepolisian telah melakukan pendekatan kepada kontraktor yang membangun masjid tersebut. Polisi meminta agar bangunan itu dibongkar dan harus dibangun ulang dalam bentuk masjid pada umumnya atau yang semestinya.
"Itu sebenarnya bukan masyarakat yang bongkar, pembongkaran itu diawali oleh perusahaan PT Hutama Karya. Melihat itu, masyarakat membantu dan naik ikut membongkar juga," jelas Hanafi
Hanafi mengatakan pembongkaran masjid tersebut dilakukan setelah adanya protes dari masyarakat setempat yang menganggap model bangunannya menyerupai bangunan gereja.
Atas permintaan warga, pihak kontraktor, yakni PT Hutama Karya, memenuhi tuntutan masyarakat melakukan pembongkaran.
"Masjid itu dianggap tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda keberatan karena masjid itu menyerupai bangunan gereja," tuturnya.
"Sekarang sudah dibongkar semua dan akan dibangun kembali dalam bentuk masjid seperti yang pada umumnya atau yang mestinya.
Gambarnya juga sudah datang, tapi belum bangun. Akan dilakukan sosialisasi dulu kepada tokoh agama, tokoh pemuda dan masyarakat. Jika tidak disetujui oleh tokoh-tokoh, akan digambar ulang lagi," ujarnya.
Hanafi menegaskan, setelah kejadian yang viral itu, situasi kamtibmas tetap kondusif.
Posting Komentar untuk "Disebut Mirip Gereja, Foto Atap Masjid di Bima Dibongkar Warga Terlanjur Viral, Pembuatnya Ternyata Lakukan Kesalahan Fatal"